RSS

Monthly Archives: February 2015

帰国子女

Dulu aku pernah mengajar di sebuah universitas swasta terkenal, Keio University. Waktu itu universitas ini sedang membangun fakultas baru di daerah Kanagawa. Akupun sempat bermain ke sana waktu ada festival universitas, lokasinya jauh tapi bangunannya modern dengan areal tanah yang luas. Tapi yang menarik di situ banyak kuliah berbahasa Inggris. Katanya banyak mahasiswa yang berkuliah di sana adalah KIKOKU SHIJO 帰国子女. Tidak ada padanan kata yang pas dalam bahasa Inggris atau Indonesia, tapi kalau mau diterjemahkan secara harafia 帰国=pulang ke negerinya sendiri dan 子女 anak perempuan. Anak perempuan yang pulang ke negerinya sendiri? Apa itu?

Jadi istilah ini berarti anak-anak yang karena sesuatu hal, misalnya orang tuanya ditugaskan ke luar negeri, bersekolah di luar negeri (baik itu sekolah lokal/ sekolah Jepang atau Internasional), dan waktu usia sekolah kembali ke Jepang. Tidak peduli berapa lama mereka di luar negeri, mereka disebut Kikoku Shijo, anak-anak yang kembali dari luar negeri. Kalau dipikir-pikir ini merupakan sabetsu 差別 pengelompokan, karena mereka dianggap TIDAK menguasai bahan-bahan pengajaran di dalam negeri. Bahasa Jepangnya tidak bagus, seperti ada aksen orang luar negeri dan kadang dianggap jago berbahasa Inggris (padahal belum tentu negara yang ditinggali itu berbahasa Inggris). Karenanya mereka SEPERTI diberikan handicap, diberikan “keringanan” supaya bisa masuk sekolah Jepang, dan lingkungan Jepang bisa maklum dengan kondisi mereka.

Karena mereka juga agak sulit berbaur dengan pendidikan Jepang, ada beberapa sekolah yang mengkhususkan diri atau mempunyai “jatah” kursi yang cukup banyak bagi mereka yang baru pulang dari luar negeri ini. Bagi para Kikoku shijo ini. Ini tercetus waktu kami membicarakan sekolah SMP untuk anak sulung kami. Ada sebuah sekolah yang bagus di dekat rumah, SD dan SMP yang berafiliasi dengan universitas negeri. Kalau mau masuk ke situ harus mengikuti ujian khusus (untuk SD/SMP negeri tidak ada ujian). Jadi waktu kami mendengar ada teman si sulung yang berasal dari SD itu, tapi SMP nya pindah ke negeri bersama Riku, kami heran. Kok sekolah bagus ditinggalkan. Sayang sekali.

Baru kami maklum bahwa memang di SMP itu pelajarannya banyak yang lain dari pelajaran di SMP biasa. Konon banyak berbahasa Inggris, karena banyak Kikoku Shijo yang bersekolah di situ. Oh… kalau memang begitu kami maklum bahwa untuk anak-anak Jepang biasa, yang belum pernah ke luar negeri, bertahan di sekolah itu akan sulit. Sehingga dia kemudian pindah ke sekolah biasa.

Dari pembicaraan kami mengenai Kikoku Shijo itulah, aku merasa aneh kenapa dipakai kanji 子女 yang seakan menunjuk pada gender wanita saja? Ternyata memang Kikoku Shijo itu menunjuk anak perempuan dan untuk anak lelaki ada lagi istilahnya yaitu Kikoku Shitei 帰国子弟. Namun memang karena Kikoku Shijo yang sering dipakai, jadi dipukul rata untuk semua gender, semua anak yang “pulang” dari luar negeri. Padahal kalau cari di wikipedia, ada pula istilah-istilah lain, seperti Kikoku Seito dan Kikokusei. Sekali lagi masyarakat memegang peranan yang kuat dalam penyebaran bahasa, sehingga sebuah kata menjadi rancu dan kuat bercokol dalam penggunaannya.

帰国子女(きこくしじょ)とは、海外での長期滞在生活を経て日本に帰国した学齢期頃の子を指す。「帰国生徒」、「帰国学生」または「帰国生」の呼称も一般的である。男子校においては帰国子弟(きこくしてい)の語が用いられる場合もある。(wikipedia)

Advertisement
 
Leave a comment

Posted by on February 27, 2015 in Uncategorized

 

不登校: Mogok Sekolah

Kata ini pertama kukenal waktu masuk Fakultas Pendidikan di Yokohama University. 登校拒否 (とうこうきょひ) penolakan untuk pergi ke sekolah. Aku sendiri karena anak alim, tidak pernah sekalipun tidak mau pergi ke sekolah. Tapi anakku pernah tidak mau ke sekolah satu hari di kelas 4, karena dia dibully temannya.(Untung selesai dalam satu hari itu saja)

Bully atau いじめ Ijime memang merupakan salah satu sebab seorang anak tidak mau pergi ke sekolah. Jika berkelanjutan maka disebut Futoukou 不登校 ya mogok sekolah itu. Dan aku baru tahu kemarin bahwa Komite Pendidikan Daerah akan menganggap seorang anak itu Futoukou jika dia tidak masuk sekolah genap 30 hari. Setelah 30 hari itu Komite Pendidikan akan mengambil tindakan untuk menanyakan ke orang tua dan si murid sendiri. Selama 30 hari itu, pihak sekolah, terutama wali kelas 担任(たんにん ) yang akan menghubungi si murid/ orang tua murid menanyakan kenapa tidak masuk dsb. Lebih dari 30 hari menjadi masalah masyarakat, dalam hal ini Komite Pendidikan Pemda.

Futoukou = 30 hari absen kuketahui karena ada kasus pembunuhan seorang anak SMP di kawasaki. Dia ditemukan mati kehilangan darah banyak dengan luka sayatan di wajah dan tubuh dan dibiarkan di bantaran sungai. Menurut cctv dia datang ke bantaran sungai bersama 3 orang remaja lainnya, dan tidak kembali bersama 3 orang itu. Dia telanjang, bajunya dibakar di sebuah WC umum di taman dekat stasiun. OK, ini kriminal. Pelakunya bukan teman SMP, dan aku merasa dia sendiri punya masalah. Dia berteman dengan anak-anak SMA dan sepertinya dibully oleh kelompok SMA ini. Hampir dalam setiap masalah aku merasa pasti ada latar belakang yang membuat seseorang terlibat tindak kejahatan. Dan diketahui bahwa anak ini tinggal bersama ibu dan neneknya, tanpa ayah. 😦 Sejak tahun baru dia tidka ke sekolah dan itu berarti absen selama 29 hari sampai hari pembunuhan. Wali kelas hampir setiap hari menelepon rumahnya, dan hanya 14 kali tersambung dijawab ibu si anak atau anaknya sendiri. Kelihatannya ibu si anak juga bingung dengan tindakan si anak yang tidak masuk sekolah. Well, apapun penyebabnya, nyawa manusia hilang karena kejahatan sekelompok orang, dan mereka pelaku kriminal. Semoga pelakunya bisa ditangkap, dan aku percaya kepolisian Jepang bisa cepat menangkap pelaku itu.

 
Leave a comment

Posted by on February 26, 2015 in Uncategorized

 

巡回連絡カード (Kartu Patroli)

Junkai Renraku Kado (Kartu Patroli) adalah sebuah isian yang dimiliki oleh pos polisi yang terdekat di rumah masing-masing. Waktu pindah rumah, biasanya akan melapor ke pos polisi, atau pak polisi itu yang akan mendatangi rumah dengan penghuni baru. Juga ketika ada polisi yang baru bertugas di daerah itu. Aku ingat pernah mengisi kartu ini 15 tahun yang lalu. Dan berkat adanya kartu itu, polisi bisa menghubungiku waktu si bungsu tidak mau memberitahukan nomor HPku, Kejadian waktu si bungsu melaporkan penemuan uang 100 yen.

Tapi kartu ini akhir-akhir ramai dibicarakan media, karena ada oknum polisi di Gunma, dia memang polisi tapi…. ya berkelainan. Dia rupanya menargetkan satu anak perempuan yang tinggal di wilayah patrolinya, dia tahu nama dan alamatnya. Dia mengajak anak itu untuk naik ke mobilnya, sambil mengatakan bahwa bapaknya kecelakaan lalin. Si polisi menyebutkn nama anak dan bapaknya berdasarkan yang dia baca di Kartu Patroli itu. Untung saja si anak perempuan itu menolak…dan ketahuan, sehingga ditangkap.

Mendengar berita tentang itu memang banyak yang meragukan keamanan informasi yang diberikan kepada polisi. Di satu pihak polisi menekankan bahwa Kartu Patroli itu disimpan di pos polisi dan tidak boleh dibawa pulang dan digunakan secara negatif. Informasi yang diberikan pada Kaartu Patroli penting jika terjadi bencana, kebakaran, hilang, penculikan dll sehingga bisa langsung dicek keberadaannya. Aku pun setuju tentang pembuatan Kartu Patroli itu, dan tentu ada saja orang yang nakal/jahat meskipun mereka berseragam. Untuk itu kami berempat sudah menyepakati penggunaan password yang menggunakan kata bahasa Indonesia hehehe, jadi orang Jepang tidak bisa terka kan?

Kata Sandi itu memang penting di jaman modern begini ya 😉

 
Leave a comment

Posted by on February 24, 2015 in Uncategorized

 

Iroha

Suatu siang, si bungsu Kai pulang ke rumah dan mengatakan,

“Mama tahu, dulu orang-orang tidak bilang a-i-u-e-o loh. Tapi bilangnya I-ro-ha-ni-ho-he-to loh”

“Ya, mama tahu…”

“Tadi sensei bilang. Lalu ada lanjutannya, tapi Kai lupa…..”

Memang aku tahu bahwa dulu orang Jepang melafal dengan i-ro-ha-ni-ho-he-to, tapi selanjutnya apa aku tidak perhatikan, dan tentu tidak hafal. Jadilah aku browsing dan menemukan ini:

irohanihoheto chirinuruwo
wakayotareso tsunenaranu
uinookuyama kefukoete
asakiyumemishi ihimosesun

いろはにほへと ちりぬるを
わかよたれそ  つねならむ
うゐのおくやま けふこえて
あさきゆめみし ゑひもせすん

色は匂へど 散りぬるを
我が世誰そ 常ならむ
有為の奥山 今日越えて
浅き夢見じ 酔ひもせず

Menulis dengan pulpen Montblanc yang kupungut dari tempat sampah. Induk semangku dulu memang sering buang barang padahal mahal-mahal 😦

Oh, ternyata begitu lanjutannya. Aku memang tahu bahwa itu merupakan sebuah puisi jaman dulu (Jaman Heian akhir sekitar 1100-an) yang mengandung semua huruf hiragana Jepang dan tidak ada yang dipakai 2 kali. Mungkin semacam Hanacarakanya bahasa Jawa. Dan kalau diteliti lebih lanjut ternyata masing-masing kalimat ada artinya yang berisi ajaran agama Buddha. 平安時代末期に流行。『涅槃経(ねはんきょう)』の諸行無常 是生滅法  生滅滅己 寂滅為楽をあらわすと言われる。

Mulai dari baris pertama berarti :
Setiap bunga yang bermekaran dengan cantik, pada akhirnya akan layu pula. 諸行無常
Kita manusia yang hidup sekarang ini, bukan berarti dapat hidup selamanya. 是生滅法
Lampaui semua gunung yang selalu berubah ini 生滅滅己
Sehingga kalau sudah sampai pada tujuannya, bukan lagi mimpi tapi pencapaian ketenangan hidup 寂滅為楽

Puisi ini memakai bentuk Imayou 今様, yaitu pola 7-5 yang diulang 4 kali. Merupakan pola puisi yang populer pada jaman Heian.

Yang menarik, ternyata selain puisi Iroha ini, ada sekitar 10 lebih puisi lagi yang memilik keistimewaan memakai hiragana satu kali saja dalam puisinya. Tiga di antaranya :

あめつちうた(平安時代初期)
あめつちほしそら(天地星空)
やまかはみねたに(山川峰谷)
くもきりむろこけ(雲霧室苔)
ひといぬうへすゑ(人犬上末)
ゆわさるおふせよ(硫黄猿生ふせよ)
えのえをなれゐて(榎の枝を馴れ居て)

あめつちのうた(本居宣長作)
あめふれは ゐせきをこゆる(雨降れば 井堰を越ゆる)
みつわけて やすくもろひと(水分けて安く諸)
おりたちうゑし むらなへ(下り立ち植ゑし 群苗)
そのいねよ まほにさかえぬ(その稲よ 真穂に栄えぬ)

ひふみうた
(うたとして、祝詞として、祓詞として読む場合、それぞれに、区切る箇所が違う。以下は祝詞の場合の三五七区切り)
ひふみ よいむなや こともちろらね
しきる ゆゐつわぬ そをたはくめか
うおえ にさりへて のますあせゑほ
れーけー

diambil dan diterjemahkan dari website ini: http://www2.odn.ne.jp/~nihongodeasobo/konitan/iroha.htm

 
3 Comments

Posted by on February 7, 2015 in Uncategorized