RSS

Monthly Archives: September 2020

Kata-kata Diskriminatif

Serius sekali ya judulnya. Tapi memang sudah berapa hari ini saya ingin menuliskan tentang ini. Awalnya, teringat kembali dengan istilah ini, waktu saya pergi ke dry cleaning dekat rumah. Maklum di desa, tidak ada cleaning yang bisa selesai the same day, hari itu juga. Kalau serahkan sebelum jam 11, maka akan jadi esok harinya jam 6 sore. Waktu di Tokyo (baca: Nerima), kalau serahkan sebelum jam 12, maka selesai pukul 6 sore hari itu juga. Meskipun minta express sekilat-kilatnya, tetap saja butuh bermalam. Nah, waktu dia tanya nama, saya bilang:, “apakah ada sistem kartu langganan baik berupa kartu maupun aplikasi?” Lalu dia jawab, “ngga kok di kami tidak ada, jangan khawatir, harga semua sama kok. Tidak akan membedakan. 差別しないよ。”

Lalu aku jawab dengan tertawa, dan menyebutkan nama Mi-Ya-Shi-Ta supaya ditulis di lembar terima. (Canggih sih tulisnya pakai pen scan)

Untung saat itu saya tidak “tersulut” dengan kata-katanya “saya tidak membedakan kamu kok” dengan berpikir, “dia menyebut begitu karena saya orang asing”. Tapi justru saya menjadi berpikir, dan mengakui memang sulit kalau kita sendiri terlalu perasa, baper, dengan posisi kita yang orang asing. Gaijin 外人 itu 差別用語、yang benar 外国人 gaikokujin

Kita orang Indonesia memang sering memakai kata-kata yang … menurut orang Jepang itu sudah termasuk 差別用語 sabetsu yogo, kata-kata diskriminasi. Dengan mudahnya kita berkata, “Ah dia emang gila! Masak makan mangga sampai 2 kg sendirian….” GILA itu termasuk 差別用語 di Jepang yang memang merujuk pada orang yang sakit jiwa. Duluuuu sekali waktu pertama belajar bahasa Jepang, saya pernah tanya apa sih bahasa Jepangnya “GILA”, lalu diberitahu “KICHIGAI気違い” tapi tidak ada orang Jepang yang pakai loh. Pakai henna hito 変な人、kawatteiru 変わっている、kurutteiru 狂っている、クレージー crazy. Jadi lebih baik pakai bahasa Inggris crazy, daripada Kichigai. Kichigai sudah termasuk 差別用語.

Suatu kali saya mengajar di kelas menengah suatu cerita bahasa Indonesia yang di dalamnya ada kata, “si bungkuk”. Lalu saya tanya kepada murid-murid saya, bahasa Jepangnya “Si Bungkuk dari Notredame (The hunchback of notre dame)” itu apa? Dijawab: ノートルダムの鐘 Lonceng Notredame, sama sekali tidak ada “si bungkuk”! Loh kemana si bungkuk? Dari percakapan panjang diketahui bahwa BUNGKUK itu disebut dengan せむし semushi, tapi juga sudah merupakan 差別用語 sehingga tidak dipakai lagi.

Kichigai, Semushi, adalah kata-kata yang harus dihindari pemakaiannya karena sudah termasuk 差別用語。Cukup menarik kalau meneliti kata-kata apa saja yang termasuk sabetsu yogo dalam bahasa Jepang karena daftarnya cukup panjang.

Tulisan ini pernah dimuat dalam pojok Bahasa dan Budaya Jepang di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”

Bahasa Indonesia sudah mulai mengganti kata “buta” dengan tunanetra (ingat disambung ya), 目が見えないひと Me ga mienai hito atau 目が不自由な人Me ga fujiyuna hito  , dulu disebut めくら mekura. “Tuli” dengan tunarungu 耳が不自由な人 Mimi ga fujiyuna hito, dulu disebut つんぼ tsunbo. “Bisu” dengan tunawicara, 口の不自由な人、kuchi no fujiyuna hito, dulu disebut おしoshi. Penderita keterbelakangan mental disebut dengan tunagrahita, 知的障害者 chitekishogaisha. Saya sendiri masih merasa jengah kalau membaca tulisan-tulisan yang berseliweran di dunia maya, seperti cadel yang belum ada padanannya yang lebih sopan, padahal di Jepang dulu dipakai どもり domori, dan sekarang sudah memakai 言語障害者 gengoshogaisha. Masih banyak PR untuk bahasa Indonesia supaya kita tidak melukai hati para penyandang cacat tertentu.

Yang menarik dalam bahasa Jepang, cukup banyak nama-nama ikan yang diganti namanya hanya karena mengandung 差別用語! Misalnya Izariuo (Frogfish) diganti namanya menjadi kaeruanko, karena mengandung kata “izari” yang merupakan 差別用語 merujuk orang yang berjalan dengan kaki diseret “ngesot”. Semushiunagi (sejenis unagi) menjadi Yabaneunagi, Oshizame (sejenis Hiu) menjadi Chihirozame (Oshi = bisu) , Mitsukuchi juga diganti namanya karena mitsukuchi berarti sumbing.

Debu デブ ndut

Busu ぶす jelek

Hage ハゲ botak

Chibi チビ cilik

Chiho ちほ pikun

Semua kata yang diucapkan untuk membedakan seseorang menurut kekurangan fisik, jenis kelamin, asal negara, pekerjaan dll adalah 差別用語.

Saya memang sudah lama tinggal di Jepang, dan bersyukur karena dengan berada di Jepang, saya semakin waspada pada pemakaian kata-kata yang kira-kira menyakitkan orang lain 差別用語Sabetsu yogo. Sedapat mungkin tidak mengucapkannya. Dan tentu saya berharap teman-teman juga bisa menemukan sendiri kata-kata yang mengandung diskriminasi. Tapi juga jangan langsung baper kalau seandainya mendengar ditujukan pada kita. Semua harus belajar menahan diri.

Topik yang cukup sulit, tapi saya rasa harus menuliskannya, apalagi karena besok tanggal 21 Maret adalah hari International Day for the Elimination of Racial Discrimination …Panjang ya. Bahasa Jepangnya 国際人種差別撤廃デー こくさいじんしゅさべつてっぱいデー ditentukan PBB pada tahun 1966 yang dipicu dengan gerakan apartheid di Afrika sehingga memakan banyak korban.

#wibjnihongo #wibjbudayajepang

#diskriminasi #差別用語

Advertisement
 
Leave a comment

Posted by on September 30, 2020 in Uncategorized

 

Kepalanya Putih :D 頭が真っ白になった

Memang sih kepala saya hampir putih semua (rambutnya), tapi yang saya maksud bukan itu.

Tadi siang saya pergi berbelanja ke supermarket yang cukup jauh dari rumah, sehingga saya naik sepeda. Saya waza-wazaわざわざdengan sengaja pergi ke sana, karena cuma di sana ada ATM MUFJ. Maklum saya cukup pelit mengeluarkan biaya transfer ke rekening yang lain, jadi ya gambatte deh ke sana. Sesudah ambil uang, saya pikir sekalian belanja tambahan, Biar tambahan juga satu keranjang penuh euy.

Nah, tiba waktu untuk bayar. Saya ingat dompet saya masih ada, tapi saya bayar pakai CC di HP saya. Masukkan belanjaan ke tas belanja, lalu saya taruh dong belanjaannya di keranjang sepeda. Mulai mengayuh pulang…. tiba-tiba saya merogoh kantong jaket sebelah kiri tempat dompet saya, loh kok tidak ada!

頭が真っ白になった! Atamaga masshiro ni natta. PANIK! Duh kemana tuh dompet saya? Langsung saya kembali ke supermarket melalui jalan yang sama, sambil lihat kiri-kanan jalan. Tidak ada!

“akai saifu no otoshimono arimasuka?” (apakah ada dompet merah yang tertinggal) saya bertanya pada petugas supermarket. Dia membuka catatan dan bilang tidak ada ☹ Wong belum sampai 10 menit sejak saya bayar kok. Di kepala saya sudah pikir mesti ke kantor polisi dan juga telepon kartu bank yang juga ada dalam dompet itu. Mendokusaiめんどくさい (repot banget)!

Tulisan ini pernah dimuat dalam pojok Bahasa dan Budaya Jepang di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”

Menyusuri jalan yang sama pelan-pelan saya lihat bagian kiri jalan. Hampir putus asa, ada! mitsuketa見つけた (ketemu)! Ditaruh di bawah lampu barber dengan rapihnya. Pasti ada yang pungut dari tengah jalan dan menaruh ke pinggir jalan. Dengan pikiran, pasti orang yang menjatuhkan akan lewat jalan yang sama untuk mencari. Arigatouuuuu siapapun dia. Tuhan juga masih membantu saya, dalam keadaan panik untuk tetap reisei冷静 (tenang).

頭が真っ白になった Atama ga masshiro ni natta, atau kadang dipakai juga atama no naka ga masshiro ni natta, adalah ungkapan untuk menunjukkan kepanikan. Ada beberapa istilah lain yang juga sering saya pakai yaitu パニック状態になる panikku jotai ni naru(dalam keadaan panik). 心臓が止まちゃった shinzo ga tomachatta (jantung berhenti), 何が何だか分からなくなる naniga nandaka wakaranakunaru (tidak mengerti apa yang terjadi). Untung tidak sampai kizetsu気絶 (pingsan) 😀

Akhirnya saya langsung pulang ke rumah untuk menenangkan diri dulu. Dan saya tidak berani mengukur ketsuatsu血圧 (tekanan darah) takut nanti alatnya meledak 😀

Saya berharap teman-teman jangan sampai memakai kata “atama ga masshiroku natta” ya. Kalau sudah rambut putih seperti saya, dicat saja hahaha 😉

#wibjnihongo #wibjbudayajepang

#頭が真っ白になった  #panik  #冷静 #tenang

 
Leave a comment

Posted by on September 22, 2020 in Uncategorized

 

Si Tukang Ulek ゴマすり

Saya lihat banyak teman yang 変身 henshin, berubah menjadi koki selama WfH (Work from Home) atau KdR (Kerja dari Rumah) ya. Sudah pandai ulek sambal belum? Hehehe.

Di Jepang memang tidak ada ulekan seperti di Indonesia, tapi ada suribachi すり鉢 yang dilengkapi dengan tongkat kayu. Biasanya dipakai untuk menghaluskan goma (wijen) 胡麻を擂る goma wo suru . Biasanya suru itu ditulis dengan hiragana, karena kanjinya susah, ‘te’ dan ‘kaminari’. Kebayang ngga ya kalau mau buat sambal pakai suribachi ini? Kapan jadinya? Hehehe

Tapi harap berhati-hati kalau teman-teman mendengar kata goma wo suru. Karena bisa jadi yang dipercakapkan bukan menghaluskan wijen, tapi berarti “menjilat”. Goma wo suru secara kiasan berarti mengusahakan apa saja untuk kepentingan/keuntungan sendiri. Bisa memuji atau berbicara halus, tentang seseorang, supaya dia disukai. Lip service. Kalau bukan untuk kepentingan sendiri, tentu tidak bisa dikatakan goma wo suru.

Contohnya :

「先輩はごますり上手だったので出世が早かった」

Sempai wa gomasuri jozu dattanode shusse ga hayakatta.

Sempai pandai menjilat (memuji) sehingga cepat naik pangkat.

「ごますりだとわかっているのに、嬉しかった」

Gomasuri dato wakatteirunoni, ureshikatta.

Saya tahu dia menjilat, tapi saya senang.

Dan lucunya kalau di negara Amerika/Eropa, jika “berbohong” demi lip service ini, biasanya taruh tangan di belakang dan menyilangkan telunjuk dan jari manis ya? Kalau di Jepang, biasanya orang meniru tindakan memutar tongkat di atas telapak tangan. Coba deh perhatikan 😀

Mungkin ada teman-teman yang mengetahui kata lain dari “menjilat” ini yaitu oseji お世辞. Saya rasa oseji memang lebih sering dipakai. Kemudian ada kata lain yang jarang terdengar yaitu obekka おべっか  atau obenchara おべんちゃら.

Tulisan ini pernah dimuat dalam pojok Bahasa dan Budaya Jepang di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”

Lalu kenapa menghaluskan wijen goma wo suru punya kiasan seperti itu? Kalau kita perhatikan waktu memutar tongkat untuk menghaluskan wijen, wijen itu bisa terbang loncat ke mana-mana, nempel ke mana-mana. Jadi cocok untuk “penjilat” yang bisa nempel ke mana saja asal ada untung untuk dirinya.

Waktu saya mencari kata bahasa Indonesianya “penjilat/menjilat” ini, saya menemukan frase “menjilat pantat”… hiiiii jorok ya? Tapi ternyata ini sama dengan  bahasa Inggris yang brown-noser. Atau juga di bahasa Cina memakai istilah “memukul pantat kuda”.

Semoga kita jangan jadi penjilat ya?

#wibjnihongo #wibjbudayajepang

#ゴマする #ゴマすり#penjilat #menjilat

 
Leave a comment

Posted by on September 18, 2020 in Uncategorized

 

Telepati 以心伝心

Suatu pagi jam 4 pagi, saya menulis inbox messages kepada teman. Tentu tahu dong bahwa jam segitu biasanya orang masih tidur, tapi takut lupa. Jadi tulis saja. Eh orang itu nyahut! Kaget!

Sambil saya menulis “Looh, Kamu sudah bangun atau belum tidur? (karena saya tahu dia sering insomnia), dan pas saya kirim message itu, dia pas juga mengirim
“Mbak sudah bangun?”

Wiiih ishin denshin 以心伝心(こころ持ってこころを伝える) yang sering diterjemahkan menjadi telepati.

Dan dalam percakapan kami, beberapa kali terjadi percakapan yang “klop” yaitu kami menuliskan hal yang sama atau serupa.

Tulisan ini pernah dimuat dalam pojok Bahasa dan Budaya Jepang di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”

Kalau boleh “pamer” tentang kedekatan hati antara pasangan, saya pernah dua kali mengalami dengan suami, waktu masih pacaran. Waktu itu saya ingin meneleponnya (belum ada HP zaman itu), dan waktu angkat telepon, terdengar suara napas. Loh, napas siapa?

“Moshi…moshi?”

“Moshi.. moshi?”
Eh… siapa yang mulai tekan nomor? Kamu atau aku? Tanpa bunyi kriiing, bisa langsung tersambung? Lalu siapa yang bayar? Aku atau kamu? Ayo matikan, aku tunggu deh.

Sambungan telepon itu sendiri bukan Ishin Denshin, tapi keinginan untuk berbicara pada waktu yang sama itu Ishin Denshin. Sama seperti temanku yang di Inbox FB itu yang juga mengaku bahwa suaminya sering membawakan sesuatu, atau melakukan sesuatu, padahal dia belum bilang. Itu Ishin Denshin. Dan Ishin Denshin itu bisa terjadi kalau “hati menyatu”. Tidak perlu kekasih, bisa juga teman. Ishin Denshin terjadi kalau kedua orang itu “Uma ga au” 馬が合う (Uma = kuda, au = pas). Weleh kok bawa kuda ke dalam hubungan dua orang? 😀

“Uma ga au” 馬が合うadalah ungkapan yang lahir dari dunia perkudaan 😀 Maksudnya si joki dan kudanya begitu menyatu sehingga langkahnya pas, tepat. Untuk sehari-hari yang sering dipakai adalah “Ki ga au” 気が合う. Sama artinya. Atau dalam dunia persilatan eh samurai 😀 ada istilah “Sori ga au” そりが合う(sori bukan maaf tapi artinya sarung pedang), yaitu pedang dan sarungnya pas. Pedang itu hanya bisa masuk ke dalam sarung pedang yang melengkung jika arahnya pas. Kalau terbalik ya tidak bisa masuk. Sehingga perkataan “Sori ga au” juga dipakai untuk hubungan yang pas. Jadi kita bisa mendengar “Uma ga au/awanai” atau “Sori ga au/awanai”.

Tapi sebetulnya idiom Ishin denshin 以心伝心 ini ada lawannya yaitu Ishisotsuu意思疎通 いしそつう. Kalau Ishin denshin, tanpa bicara sudah tahu pikiran lawan bicara, tapi kalau Ishisotsuu justru perlu berbicara untuk menyampaikan pikiran/pendapat.

Bahasa Jepang kita akan terlihat “keren” jika kita mulai memakai istilah yang tepat. Apalagi jika kita bisa memakai idiom 4 huruf Yojijukugo 四字熟語 pada waktu yang tepat. Bisa mulai dengan 以心伝心 jika kebetulan apa yang diucapkan sama, pada saat yang bersamaan. Ishin denshin dane.

Ada beberapa idiom yang mudah diingat yaitu Isseki Nichou 一石二鳥 いっせきにちょう yaitu “kill two birds with one stone” membunuh dua burung dengan satu batu. Atau peribahasa dalam bahasa Indonesianya “Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui”. “Sambil menyelam minum air” atau “Sekali tepuk dua lalat”. Semua sama artinya, dan mungkin yang paling dekat terjemahannya adalah Sekali tepuk dua lalat ya? Tapi aku geli ah menepuk lalat, kalau nyamuk masih bolehlah 😀

Ada juga Jigojitoku自業自得 じごじとく yang paling pas diterjemahkan langsung ke bahasa Indonesia “Rasain lu!” 😀 Harafiahnya “Kau yang mulai kau yang mengahiri” loh kok jadi lagu dangdut… Kamu yang berbuat, kamu juga yang menuai hasilnya. Tapi untuk perbuatan yang negatif ya.

Ada cukup banyak idiom 4 kanji yang bisa dipakai tapi kalau saya bahas itu semua di sini, pasti akan bosan. Jadi sekian dulu ya. Kalau ada yang berminat bisa saya lanjutkan dalam tulisan yang lain.

Bagaimana bisa coba pakai Isshin denshin? Atau mungkin sering berada dalam situasi itu?

#wibjnihongo #wibjbudayajepang

#idiom4kanji #四字熟語 #telepati #以心伝心

 
Leave a comment

Posted by on September 14, 2020 in Uncategorized

 

NUKI ぬき

Tulisan ini pernah dimuat dalam pojok Bahasa dan Budaya Jepang di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”

Mungkin ada di antara teman-teman di sini ada yang sering membuat coklat atau biskuit berbentuk hati. Adonan biskuit dipotong dengan cetakan berbentuk hati (atau bentuk lain). Cetakan ini disebut dengan NUKIGATA 抜き型 sedangkan prosesnya disebut KATANUKI 型抜き. Nuki itu dari nuku 抜く yang artinya mencabut, karena kita akan mencabut bentuk yang jadi itu dari adonan kan? Mungkin kita akan menamakan cetakan itu malah dengan bolongan karena memang hasilnya adonan akan bolong setelah diambil kan? Dari situ saja pandangan orang Jepang dan orang Indonesia sudah berbeda dalam menamakan benda ya?

Hari ini saya ingin menulis beberapa kata yang memakai kata nuki ぬき yang lain, dan sebetulnya sering kita pakai sehari-hari. Misalnya SABINUKI さび抜き ini sering didengar di resto sushi. Tanpa wasabi. Mestinya memang wasabinuki, tapi disingkat menjadi sabinuki. Padahal kalau sabi itu artinya karat, bisa dong sabinuki itu menjadi pemusnah karat 😀 Tapi ternyata pemusnah karat itu disebut sabiotoshi 錆落とし.

Kalau ada sabinuki yang berarti tanpa wasabi, berarti bisa juga SHIONUKI 塩抜きtanpa garam atau bahkan SATONUKI 砂糖抜き tanpa gula. Hayo bisa minum kopi tanpa gula tidak? Saya bisa dong (bangga hihihi). Tapi khusus shionuki ini sering dipakai untuk membuang rasa asin yang ada pada ikan atau kazunoko (dengan cara merendam di air asin). Membuang busa putih/coklat hasil dari merebus daging juga disebut dengan AKUNUKIあく抜き. MIZUNUKI 水抜き meniriskan air、 WATANUKI わたぬき membuang jerohan (ikan) , TOGENUKI とげぬきmembuang duri.

Kalau membeli prune, atau olive atau plum (ume) biasanya tertulis TANENUKI 種抜き, tanpa biji. Harap dibedakan antara Tanenuki dengan Tanenashi 種なしya. Kalau tanenashi memang buahnya dari awal tidak ada bijinya, tapi kalau tanenuki, buah itu ada bijinya dan dalam proses bijinya diambil. HONENUKI 骨抜き tanpa tulang. 

ZEINUKI 税抜 berarti (harga) tanpa pajak. Kalau termasuk pajak menjadi ZEIKOMI 税込み. Lalu ada TENJONUKI 天井抜き Tanpa atap? Maksudnya tetap pakai atap tapi tanpa langit-langit rumah/plafon,. Terutama untuk arsitektur rumah yang tiang-tiang atapnya bisa terlihat dari dalam, ini disebut Tenjonuki. Sedangkan ada istilah lain yaitu FUKINUKI 吹き抜き untuk rumah dua tingkat yang bagian lantai ke duanya tidak menutup ruang tamu, sehingga ruang tamu langsung ke plafon atap.

Dari beberapa contoh di atas, ternyata NUKI itu bisa diterjemahkan menjadi TANPA atau membuang ya? Tapi coba lihat contoh ini:

SENNUKI 栓抜きpembuka botol dan KENUKI毛抜き pencabut bulu (pinset). Kedua kata ini benar-benar mengambil arti cabut. Dan pasti kedua barang ini ada di rumah teman-teman ya?

Nah, sebagai penutup saya pilih kata TENUKI 手抜き, cabut tangan? Tanpa tangan? Hmmm ini agak sulit diterjemahkan secara harafiah. Kata ini sering disanding dengan masakan. TENUKI RYORI手抜き料理, masakan yang mudah, yang tidak pakai persiapan yang ribet. JODANNUKI 冗談抜き(tidak bercanda atau dengan serius) saya sering sekali membuat masakan yang mudah seperti ini, misalnya NABE RYORI, kan tinggal cemplung-cemplung 😀

Kebetulan deh malam ini saya masak nabe, karena malas memikirkan menu makan malam. Plung plung masuk sayuran dan ayam/daging, direbus jadi deh. 

Tulisan ini pernah dimuat dalam pojok Bahasa dan Budaya Jepang di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”

#wibjnihongo #wibjbudayajepang

#ぬき #tanpa  #membuang  #cabut

 
Leave a comment

Posted by on September 13, 2020 in Uncategorized

 

Onchi 音痴

Tulisan ini pernah dimuat dalam pojok Bahasa dan Budaya Jepang di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”

Zaman pandemi, di rumah saja! Saya melihat kecenderungan untuk berkreasi dengan aplikasi yaitu bernyanyi bersama yang diedit sehingga bisa menjadi paduan suara yang bagus.

Nah, waktu menyanyi itu, caranya dengan mendengarkan iringan, tapi hanya merekam suara sendiri tanpa iringan seperti acapela. Di situ banyak teman saya yang mengatakan : “Haduh ketahuan deh suara saya fals!” Suara fals ini disebut dengan onchi 音痴 おんちdalam bahasa Jepang.

Tapi ada satu lagi yang baru dikatakan teman saya yang sudah lansia. “Maaf ya Imelda, saya kikai onchi 機械音痴 きかいおんち” waktu dia meminta saya memberitahukan cara untuk memakai aplikasi ZOOM.

Sebetulnya  kalau dilihat kanjinya 音痴 bisa langsung tahu 音 (on, oto)berarti suara dan 痴 (chi,oroka ) berarti bodoh、bodoh dalam bidang suara, bodoh untuk menyanyi. Dalam ilmu musik kondisi ini disebut 調子外れ choshihazure yang disebabkan tidak terlatihnya orang sejak kecil untuk mendengarkan musik dan menyelaraskan suaranya sendiri dengan suara musik atau suara orang lain. Bisa dibetulkan dalam waktu pendek… katanya. Jadi jangan patah semangat ya teman-teman yang mengatakan dirinya onchi.

Untuk kikai onchi 機械音痴 sebetulnya kikai 機械 (peralatan) tidak ada hubungannya dengan suara. Jadi sebetulnya mestinya kanjinya 機械痴 saja. Tapi karena gabungan kata, jadi meskipun tidak ada hubungannya dengan suara, tetap pakai onchi yang merefer ke bodoh. GAPTEK (gagap teknologi) deh.

Kemudian ada satu lagi kata pakai onchi yang juga sering dipakai yaitu Hōkōnchi 方向音痴 ほうこうおんち, yaitu orang-orang yang sering tersesat karena tidak tahu arah. Bisa juga orang yang tidak bisa membaca peta. Meskipun sudah sering melewati jalan yang sama masih tetap tersesat. Atau sudah buka google map, masih tersesat 😀 maigo 迷子 (tersesat).

Lalu saya akan memperkenalkan kata undo onchi 運動音痴 うんどうおんち, yaitu orang-orang yang tidak bisa olah raga. Lari paling belakang, tidak bisa menangkap bola, atau tidak bisa melompat dll. Ini biasanya disebabkan karena refleksnya lambat. Saya memang lari paling belakang sih, tapi masih tepat menangkap bola kok hehehe. Yang pasti saya dansu onchi ダンス音痴 atau rizumu onchi リズム音痴 alias tidak bisa dansa.

Terakhir, saya harap tidak ada diantara teman-teman yang mikaku onchi 味覚音痴 みかくおんちatau aji onchi味音痴 あじおんち, yaitu tidak peka terhadap rasa. Tidak bisa membedakan rasa pedas, asin, manis, pahit dsb. Biasanya mereka yang mikaku onchi disebabkan karena : tidak ada perhatian terhadap rasa makanan, atau terbiasa makan yang rasanya kuat, sehingga tidak bisa membedakan rasa lainnya. Karena itu saya tidak suka melihat orang Indonesia yang makan sushi pakai sambal. Mbok jangan SEMUA makanan pakai sambal dong. Akibatnya orang Indonesia itu mengatakan bahasa masakan Jepang itu hambar. No, sedangkan bahan masakan yang tidak dimasakpun, masing-masing mempunyai rasa yang berbeda dan unik.

Dulu waktu kecil, saya kagum pada ibu saya yang mengetahui bumbu apa saja yang dipakai pada suatu masakan, sehingga bisa merealisasikan pada masakannya sendiri tanpa perlu melihat/mencari resep. Orang-orang seperti ini kalau ditanya ukuran untuk resep masakan pasti berkata : bawang merah, bawang putih, garam, lada ….semua kira-kira 😀 😀 😀  seberapa? Sedikit! (Ya kamu rasa dong Mel! Sering mama katakan pada saya :D, tapi… mesti rasanya seperti apa? Pusing deh. Memori waktu saya kelas 5 😀 )

Yang pasti Once tidak onchi deh (yang mengerti pasti satu zaman dengan saya hehehe)

Tulisan ini pernah dimuat dalam pojok Bahasa dan Budaya Jepang di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”

#wibjnihongo #wibjbudayajepang

#音痴 #fals #機械音痴 #gaptek

 
Leave a comment

Posted by on September 11, 2020 in Uncategorized

 

Waku waku

Tulisan ini pernah dimuat dalam pojok Bahasa dan Budaya Jepang di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”

わくわく waku waku

Tadi saya membayar biaya belajar daring (online) dan di IG gurunya mengingatkan bahwa hari ini hari terakhir pendaftaran dan sisa untuk 5 orang saja. Wah saya langsung like dan mau menuliskan “わくわくWaku-waku!” tapi urung. Kenapa urung? Karena mereka tidak mengerti bahasa Jepang! Dan saya malas menjelaskan artinya waku-waku itu.わくわくWaku-waku adalah ungkapan yang menggambarkan kondisi hati kita. Ada ドキドキdoki-doki😊 berdebar), tapi ada senangnya. Bahasa formalnya 楽しみにしています tanoshimini shiteimasu (saya menanti-nantikan – tentu sesuatu yang menyenangkan 😃 ) . Wakuwaku itu adalah onomatope, kata yang dibentuk dari penggambaran sesuatu. Sehingga susahlah kalau saya menulis komentar seperti ini : “Saya sangat menantikan acara Anda dan menunggu dengan berdebar-debar” 😃 Panjang dan bisa kaget dia membacanya.

Onomatope dalam bahasa Jepang ada dua: 擬音語 giongo (Kata yang meniru suara) misalnya ドキドキdokidoki meniru jantung dan ゴロゴロgoro-goro (meniru guntur) dan 擬態語 gitaigo (Kata yang menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat/tidak berbunyi) misalnya バタバタ bata-bata (sibuk) ふわふわ fuwa-fuwa (lembut). Penulisan bisa dengan katakana atau hiragana, dan kebanyakan merupakan pengulangan kata.

Konon kata waku-waku ini berasal dari 沸くwaku yang berarti mendidih. Bisa dong membayangkan kondisi yang mendidih, meletup-letup 😃. Bisa juga sih memakai kata doki-doki (berdebar-debar), tapi doki-doki itu bisa berkonotasi positif bisa juga negatif. Dahulu, waku-waku juga dipakai untuk kondisi 不安 fuan (gelisah, khawatir) tapi sekarang waku-waku HANYA dipakai untuk sesuatu yang positif. Kalau negatif pakai ドキドキdoki-doki
不安でドキドキする, fuan de doki-doki suru.

「あなたと一緒に仕事ができることにわくわくしています」Saya senang sekali bisa bekerja dengan Anda.

Hmmm contohnya katai ne (kaku ya)

「明日嵐のコンサートに行くので、わくわくしています」Saya tidak bisa tidur karena besok akan pergi ke konser Arashi 😃😃

Hmmm…. yang ini saja :

「明日彼と会えるから、わくわくしています」Besok bisa bertemu doi, happy deh 😃

Khusus untuk kalimat terakhir ini waku-waku bisa diganti dengan doki-doki. Kalau pakai doki-doki, berarti NERVOUS deh hihihi. Ayo, bagaimana kalimat teman-teman dengan memakai waku-waku? Semoga bisa terus merasakan waku-waku ya. 

Tulisan ini pernah dimuat dalam pojok Bahasa dan Budaya Jepang di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”

#wibjnihongo#wibjbudayajepang#waku-waku #わくわく#ドキドキ#doki-doki #onomatope

 
Leave a comment

Posted by on September 10, 2020 in Uncategorized

 

Ofukuro vs Oyaji

Tulisan ini pernah dimuat dalam pojok Bahasa dan Budaya Jepang di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”

Kenapa ibu di Jepang disebut ofukuro?

Teman-teman tahu ya, bahwa kata bahasa Jepang yang diawali o- itu berarti bentuk penghormatan. O-cha, O-bon, O-hashi jadi kata dasarnya Ofukuro apa dong? Fukuro袋?

Ofukuro おふくろ、お袋 (biasanya tidak pakai kanji, hanya hiragana) memang berasal dari O + fukuro yang berarti kantung. Ya, seperti vynil fukuro begitu. Konon kata sebutan ofukuro untuk ibu itu, karena ibu-ibu selalu menaruh uang atau perhiasannya dalam kantung. Jadi ibu identik dengan fukuro itu.

Tapi ada juga yang mengatakan bahwa kita lahir dari rahim ibu, dan rahim itu bentuknya seperti fukuro. Karenanya ibu adalah fukuro yang melindungi kita, jadilah kata ofukuro. Lalu ada lagi yang mengatakan bahwa fukuro itu berasal dari futokoro ふところ. Futokoro itu adalah bagian dalam lipatan kimono di sekitar dada. Wanita Jepang berkimono memasukkan dompet tipis di dalam lipatan bagian dada itu. Jadi bisa dimengerti kalau dianggap seorang ibu “memasukkan” anaknya yang berharga itu dalam lipatan kimono bagian dadanya kan?

Dulu wanita pun memakai kata ofukuro terhadap ibunya, tapi sekarang biasanya yang menyebut ibunya dengan ofukuro adalah laki-laki. Dengan kata ofukuro ini, timbullah istilah Ofukuro no aji おふくろの味、rasa ibu, yaitu masakan ibu. Setiap rumah punya rasa tersendiri, yang dimasak oleh ibunya masing-masing. Ingat film Ratatouille (レミのおいしいレストラン)、di situ digambarkan bahwa si kritikus masakan langsung teringat pada ibunya waktu makan masakan Remi. Dia langsung teringat pada ofukuro no aji. Masakan ibu yang sangat membekas, dan sampai kapanpun kita merindukannya. Nah, banyak restoran yang juga memakai slogan ofukuro no aji, untuk menarik pembeli dengan masakan rumahan yang pasti enak, seperti yang ibumu masak deh. 😃

Lalu Oyaji bagaimana? Oyaji adalah sebutan terhadap ayah. Saya belajar kata oyaji pertama kali dalam istilah 地震雷火事親父 jishin, kaminari, kaji, oyaji. Empat hal yang menakutkan di dunia ini adalah gempa, petir, kebakaran…dan… ayah! 😃 Segitunya dulu seorang ayah ditakuti (sekarang mah……. jawab sendiri hehehe)

Di Jepang, panggilan ayah ada beberapa macam. Otosan お父さん(おとうさん)biasanya untuk ayahnya orang lain (hint= semua yang pakai san bukan untuk diri-sendiri). Jadi untuk ayah sendiri pakai chichi 父 (ちち). Tentu saja pengaruh dari luar bisa juga memanggil papa パパ。 Nah kalau anak kecil biasanya panggil papa, tapi kalau sudah menjadi remaja biasanya memanggil ayahnya dengan Oyaji 親父 (おやじ)(kalau panggil papanya langsung) atau chichioya(ちちおや 父親) jika membicarakan ayahnya pada orang lain .

Nah di sini bisa dilihat bahwa sebetulnya kata oyaji itu kebalikan dari chichioya… oyachichi, oyachi…lalu berubah menjadi oyaji. Nah, ada sebuah survey yang menanyakan kapan seorang anak laki-laki berhenti memanggil ayahnya dengan papa dan berubah menjadi Oyaji. Ternyata perubahan itu terjadi waktu SMP dengan jawaban 33%! Alasannya, malu memanggil “papa” , atau karena lingkungan sekitar semua memanggil begitu, atau mulai SMP itu ingin berbicara pada ayahnya secara man-to-man.

Nah, jadi bagi ayah yang tiba-tiba mendengar dirinya dipanggil sebagai oyaji oleh anak laki-lakinya, berarti anaknya sudah menjadi dewasa dan ingin diperlakukan sebagai laki-laki dewasa juga. Kalau dalam bahasa Indonesia, saya rasa tidak ada perubahan panggilan terhadap ayahnya sendiri. Jika dari kecil panggil papa, mustinya sih tidak akan berubah. Lagipula panggilan ayah berbeda menurut daerahnya. Mungkin ada yang memanggil Babe, Abah, Ayah, Daddy (hihihi ogah ah saya panggil daddy kayaknya kok foreign banget ya), Papa, Papi….dsb.

Jadi jangan kaget ya kalau ada orang Jepang yang menyebut Ofukuro dan oyaji untuk orang tuanya. Yang lucu dong sahabat akrab saya, panggil ibunya KAN, dan bapaknya TON … Kanton(g) deh 😃

BTW ofukuro no aji, masakan khusus mama kalian apa? Aku…. Pastel tutup euy. 

Tulisan ini pernah dimuat dalam pojok Bahasa dan Budaya Jepang di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”

#wibjnihongo #wibjbudayajepang #ofukuro #oyaji

 
Leave a comment

Posted by on September 8, 2020 in Uncategorized

 

最上・最上川

Tulisan ini pernah dimuat dalam pojok Bahasa dan Budaya Jepang di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”

最上川 Mogamigawa

Bulan Juli lalu ada sebuah sungai di daerah Yamagata yang bernama Mogami(gawa) meluap.  Nama Mogamigawa dalam kanji adalah 最上川。Bagi yang pernah belajar kanji tentu mengetahui kanji 最 biasa dibaca sebagai さい sai, ya. Misalnya :

最近 さいきん saikin yang berarti akhir-akhir ini

最悪 さいあく saiaku yang berarti terburuk,  

最高 さいこうsaikou yang berarti paling bagus/paling utama 

最初 さいしょsaisho yang berarti paling awal, dan

最後  さいご saigo yang berarti terakhir dan masih banyak lainnya.

Kanjinya sama ya? Tapi kenapa dibaca sebagai Mogami? Apa tidak bisa dibaca secara Onyominya sebagai 最上saijou? Tentu bisa dibaca sebagai saijou yang artinya paling atas, tapi khusus untuk nama sungai ini, dibaca sebagai mo dan kanji 上 ue dibaca sebagai kami sehingga menjadi MOGAMI. Mo ini bukan kunyomi karena kunyomi kanji ini adalah もっとMotto. Mo ini disebut sebagai Nanori, untuk kasus penamaan, atau kasus khusus.

Selain Mogami apakah ada kanji 最 dibaca dengan mo yang lain? Ada! Paling sedikit ada 3 kanji yang saya temukan dan sering dipakai dalam kehidupan di Jepang yaitu :

  1. 最早 biasanya ditulis dengan hiragana もはや mohaya. Berarti waktu sadar sudah …. 最早一年の半分は終わってしまった。mohaya ichinenn no hanbun wa owattesimatta. Waktu sadar ternyata tahun ini sudah lewat setengahnya.
  2. 最寄り もより moyori. 最寄りの駅は?Moyori no eki wa?Stasiun terdekat (rumah) apa?
  3. 最中 nah ini bisa dibaca さいちゅうsaichu atau もなか monaka. Kalau yang dibaca saichu berarti in the middle of / sedang 運転の最中 unten no saichu, sedang menyetir. Tapi kalau dibaca monaka, itu adalah nama kue Jepang yang khas. Kalau saya sih bilang seperti wafer berisi (pasta kacang merah dll), atau yang anak-anak saya suka (saya juga sih :D) wafer yang berisi es krim vanila berlapis coklat. Yummy!

Btw, saya pernah naik perahu menyusuri sungai Mogami(gawa) di Yamagata. Pemandangannya memang sangat indah apalagi kalau musim gugur. Sampai-sampai penyair haiku terkenal Matsuo Basho menuliskan haiku tentang Mogamigawa. Sayang waktu naik perahu itu saya tidak membawa monaka sih ya 😀

Kamu suka monaka?

Tulisan ini pernah dimuat dalam pojok Bahasa dan Budaya Jepang di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”

#wibjnihongo #wibjbudayajepang

#最上 #最中  #unyomi dan kunyomi

 
Leave a comment

Posted by on September 7, 2020 in Uncategorized