Saya rasa semua orang yang pernah ke Jepang tahu dan bahkan pernah menginjak garis berwarna kuning di jalan atau di stasiun. Namanya Tenji Burokku 点字ブロック, yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi Braille Block (ubin pemandu tunanetra) . Memang huruf braille itu dalam Bahasa Jepang disebut tenji 点字、harafiahnya huruf titik.
Tahukah Anda bahwa tenji block yang sudah dipakai di 150 negara di dunia itu berasal dari Jepang? Seorang pengelola penginapan di Okayama bernama Miyake Seiichi memikirkan bagaimana caranya supaya temannya yang tidak bisa melihat dapat berjalan dengan aman. Dan tanggal 18 Maret 1967, tenji block dipasang pada jalan untuk pejalan kaki dekat sekolah tunanetra di Okayama. Kemudian pemerintah daerah Tokyo melihat kegunaan tenji blok dan memasangnya di Tokyo, dan akhirnya menyebar ke seluruh Jepang, dan ke seluruh dunia.
Awalnya bentuknya bermacam-macam, dan menjawab keinginan tunanetra untuk membuat bentuk yang seragam, baru pada tahun 2001 ditetapkan standar Jepang JIS. Sedangkan untuk standar internasional ditetapkan tahun 2012 yang berdasarkan pada standar Jepang untuk dipakai di seluruh dunia.
Tenji block memang sangat membantu tunanetra waktu berjalan. Namun seiring perkembangan pemakaian di berbagai tempat, timbul juga masalah yang perlu dipikirkan. Misalnya keberadaan tenji block ini justru mengganggu orang tua yang kakinya lemah dan mudah terantuk, atau kursi roda/ kereta bayi yang mudah tersangkut di sela titik-titik itu. Atau sekarang juga banyak tenji blok yang warnanya tidak kuning, tapi menyatu dengan warna dari jalanan. Ini cukup mengganggu mereka yang buta warna atau lemah penglihatannya. Masalah lagi yaitu banyak orang yang meletakkan barang, atau memarkirkan sepeda/mobilnya di atas tenji block sehingga menyebabkan kecelakaan bagi penggunanya.
Pada hari peringatan tenji blok tangal 18 Maret ini, kita diingatkan lagi pentingnya menjaga kenyamanan warga yang memang membutuhkannya dengan tidak merusaknya. Namun memang acapkali tenji blok ini mengganggu pejalan kaki atau pesepeda karena licin waktu hujan. Saya sering terantuk jika berjalan di atas ini.
Pasti teman-teman yang punya anak perempuan sudah tahu tentang Hina Matsuri ya. Berhubung anak saya laki-laki, saya sebetulnya kurang paham tentang perayaan yang satu ini. Tapi saya coba bahas sedikit.
Sebetulnya Hina Matsuri yang dirayakan tanggal 3 Maret itu, merupakan salah satu dari 5 Sekku 五節句, 5 tanggal yang sama angkanya ぞろ目. Ini merupakan adaptasi dari Cina dengan membagi satu tahun menjadi 5 bagian atau 5 `garis`, masing-masing dengan ciri khasnya dan di kekaisaran dahulu diadakan upacara-upacara pada tanggal tersebut. Tanggal 7 bulan 1 disebut Jinjitsu no sekku人日の節句, tanggal 3 bulan 3 Joushi no sekku上巳の節句, tanggal 5 bulan 5 Tango no sekku端午の節句, tanggal 7 bulan 7 Sichiseki no sekku 七夕の節句dan 9 bulan 9 Chouyou no sekku 重陽の節句. Dari 5 tanggal di atas, kita masih mengenali tanggal 7 Januari sebagai hari untuk makan bubur 7 ‘rumput’ nanakusagayu, tanggal 3 Maret Hina Matsuri, tanggal 5 Mei Kodomo no hi, dan 7 Juli Tanabata. Hanya tanggal 9 September saja yang jarang diingat padahal hari ini, dahulu, dirayakan dengan minum sake dengan bunga seruni (kiku) yang diapungkan di atasanya. Tapi dari ke 5 tanggal itu, hanya tanggal 5 Mei saja yang ditetapkan sebagai hari libur nasional yang disebut Kodomo no hi.
Kalau dikatakan sebagai sekku, tanggal 3 Maret itu juga sering disebut dengan Momo no sekku, karena bunga-bunga Plum mulai bermekaran. Karena itu kalau melihat hiasan Hina Kazari, pasti ada ranting dengan bunga plum yang berwarna merah muda, Boneka Hina ひな人形, yang biasanya berupa pasangan Kaisar dan Permaisuri, yang jika lengkap akan dihias dengan dayang-dayang dan menteri sampai membuat 7 tingkatan dengan alas berwarna merah. Keluarga yang kaya tentu berlomba-lomba membeli (dan memasang) hiasan Hina Matsuri ini selengkap mungkin, dan semahal mungkin.
Hina ningyo dari beberapa generasi yang dipamerkan oleh keluarga pembuat sake di Hidaka, Saitama.
Di televisi pernah saya melihat ada yang harganya 7 juta yen! Aduhhh… untung saya tidak mempunyai anak perempuan hehehe. Kalau ditelusuri sejarahnya boneka Hina ini berawal dari keluarga bangsawan jaman Heian (794~ ) yaitu permainan untuk anak perempuan. Dulu disebut Hiina asobi, permainan boneka kertas, yang kemudian dihanyutkan ke sungai, Nagashi hina 流し雛bkarena dianggap boneka itu sebagai pengganti anak-anak perempuan untuk menolak bala. Supaya segala penyakit dan kemalangan bisa hanyut menjauhi si anak. Baru setelah jaman Edo (1603~) boneka Hina ini dihias di dalam rumah.
Boneka Hina ini menjadi salah satu barang seserahan waktu anak perempuan menikah. Jadi merupakan ‘warisan’ turun-temurun dari keluarga perempuan kepada anak-cucu perempuannya. Tapi selain boneka Hina ini, jangan lupa bahwa ada beberapa hiasan-hiasan lain yang biasanya ikut meramaikan altar tempat menghias perangkat boneka itu.
1. Hina Arare, makanan seperti kerupuk (ada yang berisi kacang) berbentuk bulat lonjong terbuat dari tepung beras. Warna putih melambangkan salju, hijau melambangkan calon pohon dan merah muda melambangkan kehidupan. 2. Hishi Mochi, mochi berbentuk wajik berlapis, biasanya terdiri dari 3 warna, pink, putih dan hijau. Mochi ini juga dipakai untuk menolak bala, dan menambah kekuatan. Kalau diteliti lebih lanjut, bahan-bahan pembuatnya biasanya dari tumbuhan yang mempunyai khasiat khusus. Yang menarik, ada penjelasan bahwa bentuk wajik itu sebetulnya melambangkan jantung! 3. Chirashi Sushi, nasi yang diberi cuka dan diatasnya diberi bermacam potongan jamur, kanpyo, ikan mentah, telur ikan ikura dan lain-lain. 4. Hamaguri, kerang yang dimasukkan dalam sup bening.dan lain-lain.
Bagaimana teman-teman yang mempunyai anak perempuan? Apakah sudah membuat chirashi sushi? Sudah menghias boneka hina? Oh ya sebetulnya boneka Hina ini konon mulai dikeluarkan dari kotak dan dihias mulai Februari, dan begitu hina matsuri selesai harus langsung disimpan lagi loh. Jadi jangan dihias terus sepanjang tahun. Katanya kalau dibiarkan terus, anak perempuannya bisa-bisa tidak dapat jodoh (tidak menikah) . (Ini bisa jadi alasan para jombloer wanita bahwa orang tuanya “lupa” menyimpan hina ningyounya ya ) Satu lagi Hina kanjinya 雛、kanji yang sama dengan Hinadori 雛鳥 piyik ayam (anak ayam) … sama-sama kawaii yaaaa hehehe
Tulisan ini dibuat untuk pojok Bahasa dan Budaya Jepang di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”