RSS

Monthly Archives: August 2021

OBON お盆

OBON itu apa sih? Kalau lihat tulisan kanjinya お盆 bisa terlihat ada kanji piring 皿. Obon itu adalah nampan tempat meletakkan sesuatu. Nah kenapa masa tanggal 13-16 Agustus ini disebut OBON?

Rupanya merujuk pada sesaji yang diletakkan di piring dan ditaruh di depan altar Buddha. Masa khusus untuk keluarga memanggil arwah keluarga untuk pulang ke rumah (迎え火 mukaebi) , melewati waktu bercengkerama dengan anggota keluarga yang berkumpul dan pada akhirnya pada tanggal 16 mengantar sang arwah untuk pulang (送り火 okuribi).

Dalam menyambut obon ini, bagi yang “berduit” akan memanggil pendeta Buddha untuk datang ke rumah dan berdoa di depan 仏壇 Butsudan (altar buddha tempat bersemayam “jiwa” nenek moyang). Sang Pendeta berpakaian pendeta putih dengan kimono luar berwarna hitam dari bahan jala, dan dilengkapi dengan topi “caping” untuk melindungi kepala. (Saya pernah bertanya kira-kira berapa membayar pendeta datang waktu obon, dan dijawab sekitar 100.000 yen. Hmmm pantas hanya orang kaya yang tinggal di rumah besar saja yang “berani” memanggil pendeta untuk datang).

Dalam masa OBON ini, Butsudan atau altar Buddha di rumah akan dihias dengan lampion khusus, makanan persembahan seperti buah-buahan dan kue manis, selain dupa dan batang incense お香 oko, serta bunga houzuki ほうずきyang aneh karena seperti bunga kertas melembung. Saya baru tahu bahwa namanya di Indonesia adalah ceplukan.

Adapula daerah yang menghanyutkan sesajen ini ke sungai atau laut. Sesajen akan ditaruh dalam sebuah perahu kecil dan dihanyutkan bersamaan dengan lilin. Konon ini mendoakan mereka yang kehilangan nyawanya ditelan air dan ombak. Tetapi ini adalah tradisi yang lambat laun menghilang. Bagi warga jepang modern sekarang OBON disambut gembira karena bisa meliburkan diri dari kesibukan pekerjaan dan terik matahari. Memang pertengahan Agustus itu merupakan puncak panas-panasnya udara di Jepang. 

Bagi yang tidak mempunyai 仏壇 Butsudan (karena bukan anak pertama) maka cukup melakukan ziarah, nyekar ke makam keluarga, yang biasanya terletak di halaman kuil. Dan merupakan pengetahuan umum pula, bahwa makam dan kuil Buddha itu biasanya terletak di tempat yang tinggi, berbukit, dan biasanya masih banyak “hijau” pepohonan.Bagi keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang baru meninggal, dan sudah lewat hari ke 49 (四十九日)nya, memperingati Obon pertama yang disebut 初盆 hatsubon atau 新盆 shinbon/niibon.

Di daerah-daerah, keluarga akan menerima kedatangan selain saudara juga teman-teman dekat dari yang baru meninggal, yang membawa sesuatu untuk dipersembahkan. Pada waktu OBON ini juga biasanya diadakan tari bersama yang disebut BON Odori 盆踊り. Dengan membuat lingkaran biasanya dinyanyikan bersama “Tsukiga deta deta, tsuki ga deta ya yoi yoi……” Gerakannya mudah dan saya pernah diajari : hotte hotte mata hotte (hotte= menggali, dengan gerakan menggali kanan-kiri) katsuide katsuide sagatte (katsuide = memikul memikul mundur ), lalu tepuk tangan seperti membersihkan tangan dari pasir. Tentu gerakan BON Odori berbeda di tiap daerah, tapi yang saya pelajari disebut dengan tankobushi 炭坑節 (tari penambangan batu bara) dari daerah Shizuoka. Setiap saya menarikan Bon Odori saya pasti ingat tari Sajojo deh, tarian massal di Indonesia. Tapi sepertinya gerakannya susah ya? Soalnya saya tidak bisa 😃 mending Bon Odori deh.

Oh ya ada satu lagi yang belum saya terangkan di sini, yaitu keberadaan Terong dan Kyuri yang diberi kaki 4, yang kadang kala tidak hanya ditaruh di depan altar, tapi juga di depan rumah. Ini adalah 精霊馬 shoryouma atau kendaraan yang dipakai oleh arwah untuk datang dan pulang. Datang dengan kyuri きゅうり (melambangkan kuda) dan pulang naik terong ナス (melambangkan sapi). Maksudnya datang naik kuda supaya cepat sampai, dan pulangnya pelan-pelan saja naik sapi 😃

Yang lucu ada beberapa orang Jepang yang humoris, membuat ketimunnya bukan berbentuk kuda, tapi kapal terbang. Konon kakeknya yang meninggal adalah pilot pesawat. Atau ada juga yang berbentuk sepeda Harley. Bagaimana OBON teman-teman? Saya sendiri biasanya tidak merayakan Obon dengan keluarga suami. Selain mereka tidak terlalu taat dengan aturan agama Buddha dengan mengadakan upacara di rumah (pelit juga sih ngga mau bayar pendeta Buddha 😃) , pertengahan Agustus si menantu yang orang Indonesia ini biasanya sedang pulang kampung sih 😃 Masak saya panggil arwah sendirian di Jakarta, dengan jangka hihihi (ayoooo siapa yang pernah main jelangkung? Saya takut jadi tidak pernah hihihi).

Oh ya, musim Obon ini juga yang membuat semacam kebiasaan di Jepang untuk memutar film-film horor, dan menggambar monster-monster khas Jepang. Salah satunya adalah Hitotsume Kozou (Pendeta Bermata Satu) yang saya lihat pagi ini di sebuah museum.

Tulisan ini pernah dimuat di FB Grup “Wanita Indonesia Berkarya di Jepang”

Advertisement
 
Leave a comment

Posted by on August 13, 2021 in Uncategorized

 

Hari Gunung

Jika kita melihat kalender bulan Agustus, pasti tanggal 11 Agustus berwarna merah dan merupakan hari libur resmi di Jepang. Hari itu adalah hari Gunung, tetapi khusus untuk tahun ini dipindah ke tanggal 8 Agustus, karena ada olimpiade. Dan Hari Gunung ini sebetulnya merupakan hari libur baru, yaitu sejak tahun 2016.

Memang sepertinya Jepang sedang berusaha memperbanyak hari libur untuk mengerem atau memperpendek hari kerja orang Jepang (meskipun dipantek hari libur setengah tahun pun orang Jepang akan tetap bekerja di hari libur 😃 ), antara lain dengan memutuskan Happy Monday (menggeser hari libur ke hari Senin sehingga bisa libur berturut-turut dan dengan menambah hari libur. Meskipun penetapan Yama no hi 山の日 ini dilakukan setelah 20 tahun berlalu sejak penetapan Hari Laut pada bulan Juli.

Selain daripada tujuan penetapan yang “membuat warga lebih menyadari keberadaan gunung dan menghargainya”, sebetulnya tidak ada latar belakang sejarah yang mendukung, seperti saudaranya si Hari Laut. Dengan tidak ada latar sejarahnya ini memang yang membuktikan bahwa pemerintah “mencari-cari” kesempatan untuk meliburkan warganya di bulan Agustus.

Dalam penggodokan penentuan tanggal untuk diperingati sebagai Yama no hi, awalnya ditentukan tanggal 12 Agustus. Tapi pada tanggal itu pada tahun 1985, telah terjadi kecelakaan jatuhnya pesawat 墜落事故 JAL dengan nomor penerbangan 123 di daerah Osutakano one (Prefektur Gunma) yang menelan korban 520 orang. Kecelakaan ini merupakan kecelakaan terparah dalam bidang penerbangan. Jadi, rasanya tidak etis untuk merayakan Hari Gunung pada tanggal 12. Sedangkan jika diundur ke tanggal 13, juga tidak bisa karena biasanya pada tanggal 13-14-15 Jepang merayakan Obon (meskipun bukan tanggal merah, biasanya orang Jepang pulang kampung pada hari-hari ini). Jadilah Hari Gunung dirayakan pada tanggal 11 Agustus, dan menjadi hari libur yang ke 16 dalam satu tahun di Jepang.

Saya sendiri memang belum pernah mendaki Gunung Fuji. Orang asing biasanya menyebutkan Gunung Fuji adalah Fujiyama, sedangkan orang Jepang menyebutnya dengan Fujisan. Mengapa? Sebetulnya memang kanji 山 itu bisa dibaca “yama”, dan bisa dibaca “san” (atau “zan”), jadi tidak salah sih kalau disebut dengan Fujiyama. Tapi orang Jepang menyebutkan Fujisan itu konon karena lebih menghormati gunung Fuji, layaknya menghormati manusia yang juga dipanggil dengan -san.

Tapi sebenarnya ada berapa banyak gunung sih di Jepang? Sebetulnya Jepang itu selain bisa disebut sebagai “negara kepulauan”, juga bisa disebut dengan “negara gunung”. Karena jumlah gunungnya sebanyak 16.667 gunung (menurut peta dengan skala 1:25.000)! Dan ini masih ada yang tidak tercantum namanya, sehingga mungkin lebih banyak lagi jumlahnya. Gunung yang tertinggi di Jepang tentu adalah Fujisan (3776mdpl) , sedangkan gunung yang terendah, yang tercantum dalam peta skala 1:2.00 itu setinggi 5 meter yang terletak di Osaka dan bernama Tenpouzan 天保山.

Saking banyaknya gunung di Jepang, Fukuta Kyuya, seorang novelis dan pendaki gunung memilih 100 gunung populer di Jepang 日本百名山, dan biasanya menjadi panduan atau target pendaki gunung di Jepang. Boleh berbangga, bapak mertua saya sudah menyelesaikan pendakian 100 gunung populer di Jepang pada usia 74 tahun. Sayangnya sekarang beliau harus mengurus istrinya yang sakit sehingga tidak bisa memenuhi target 200 gunung populer di Jepang.

Saya sendiri sebetulnya takut ketinggian, sehingga takut mendaki. Tapi paling sedikit ada 2 gunung yang saya ingat pernah saya daki yaitu Nokogiriyama 鋸山 (330mdpl) di Chiba dan Hachijoji-shiroyama八王子城山 (446mdpl) di Tokyo. Untuk berikutnya mau coba Takaosan 高尾山 (599mdpl)…. entah kapan 😀

So, mungkin berikutnya saya akan pergi mendaki gunung Tenpouzan 天保山 di Osaka yang hanya 5 meter saja, ya? Tapi kalau saya mungkin lebih baik pergi ke Daikanyama, atau Aoyama atau Yamanote saja deh hehehe karena kalau ke Osaka berat di ongkos :D. (ketiga nama ini meskipun memakai kata yama bukan gunung tetapi nama tempat pertokoan di Tokyo dan nama jalur kereta di Tokyo)

Tenpouzan diambil dari wikipedia

 
Leave a comment

Posted by on August 7, 2021 in Uncategorized

 

Hari Taksi

Kadang jika hujan atau bawaan banyak, waktu anak-anak masih kecil, saya sering naik taksi. Karena rumah saya waktu itu cukup jauh dari stasiun dan masih harus naik bus ke stasiun, saya dulu sering osewani natta. Sekarang sih, sudah jarang sekali karena rumah saya 5 menit dari stasiun. Kalau masih naik taksi, pasti saya dimarahi supirnya 😃

Banyak orang asing yang terkejut kalau naik taksi untuk pertama kali di Jepang, ya. Bayangkan tiba-tiba pintunya membuka dan menutup sendiri. Pasti kaget. Tapi kalau di masa pandemic seperti sekarang, tertolong juga karena tidak harus memegang tuas pintu yang mungkin sudah dipegang macam-macam orang.

Dan kekagetan kedua mungkin timbul waktu harus membayar ongkosnya karena mahal, hehehe. Saya ingat sekali beberapa tahun lalu, saya pernah dibayari taxi dari universitas ke rumah seharga 16.000 yen! Itu karena baju saya basah kuyup dan murid saya kasihan kalau saya harus pulang naik kereta dalam keadaan basah begitu. Untung dia bawa uang tunai, meskipun akhirnya saya berhutang budi padanya. Kalau dipikir untung sekali taksi di Tokyo sekarang sudah bisa dibayar pakai e-money atau credit card ya. Ah… untung semua.

Ada satu lagi pengalaman waktu saya naik taksi di daerah Yokohama. Di belakang tempat duduk pengemudi sebelah kiri, disediakan tombol jika kita mau taxinya “pelan-pelan”. Misalnya kita tidak enak badan kita bisa menekan tombol itu sehingga sang supir bisa memperlambat laju kendaraan. Belum lagi dia menyediakan minuman mineral water dan tissue yang bisa dibeli. Sepertinya memang taksi yang saya tumpangi ini sering melayani kakek-nenek ke rumah sakit.

Ada banyak kisah yang saya dengar dari supir taksi tapi tidak akan cukup menceritakannya di sini. Yang terpenting yang harus saya tulis adalah mengapa tanggal 5 Agustus itu ditetapkan menjadi hari Taksi?

Rupanya alasannya karena pada tanggal 5 Agustus tahun 1912 pertama kali taksi beroperasi di Jepang, yaitu dengan berdirinya perusahaan taksi di daerah Yurakucho. Saat itu hanya ada 6 mobil dan pertama kali menggunakan argometer untuk penghitungan ongkosnya. Saat itu ongkos untuk 1 mil (1,6 km) seharga 60 sen, dan bertambah 10 sen untuk setiap 0,5 mil berikutnya. Tentu ada juga tarif tambahan untuk menunggu, tarif waktu larut malam, waktu hujan atau jalanan berlumpur. Hari Taksi ini baru ditentukan sebagai peringatan pada tahun 1985.

Taksi di Jepang memang mahal, tapi patut dicoba bagi yang belum pernah mencobanya 😀

 
1 Comment

Posted by on August 6, 2021 in Uncategorized